Jumat, 20 April 2012

Kepariwisataan #3

1. Berikan analisis kekurangan dan kelebihan pariwisata secara individu dan pariwisata secara group!
2. Apa tujuan penyelenggara jasa pariwisata menyediakan Supporting Tourism Superstructure?


1. A. Individu

    Kelebihan     : - Dapat menikmati suatu objek wisata secara berlama-lama.karena tidak terikat dengan waktu ataupun dengan rombongan

    Kekurangan     : - Bingung, tempat wisata mana yang harus terlebih dahulu untuk dikunjungi.

                               - Biaya yang dikeluarkan cenderung lebih murah, bergantung seperti apa kebutuhan dari individu tersebut, jika ia biasa berkelana sendiri maka sudah bisa diperkirakan kalau ia tidak membutuhkan biaya banyak untuk berwisata (kita biasa menyebutnya Backpacker).

                               - Berpotensi tersesat tersesat apabila kehilangan arah.

                               - Tidak adanya pihak yang bertanggung jawab.


B. Group

    Kelebihan  : - Ramai, bisa bercanda dan mengenal satu sama lain.

                         - Tempat yang ingin dikunjungi telah diatur.
                                    
                         - Tidak perlu takut tersesat, karena adanya pemandu wisata, namun tetap tidak menjauh dari rombongan.

                         - Adanya pihak yang bertanggung jawab.

                         - Biayanyapun tidak terlalu mahal seperti kita berpergian sendiri.

    Kekurangan : - Waktu yang dibatasi.

                           - Apabila kita telat dari waktu yang telah ditentukan. maka, kita akan ditinggal oleh rombongan.


2.  tujuan penyelenggara jasa pariwisata menyediakan Supporting Tourism Superstructure? Jelas tujuannya untuk memanjakan para wisatawan yg ingin mengenal lebih jauh dan lebih dalam mengenai objek wisata yg mereka kunjungi.

Tugas Kepariwisataan #2

1. Sarana dan prasarana pariwisata yang seperti apa yang menurut anda ideal dan memuaskan wisatawan?
  
Sarana dan Prasarana merupakan hal yang saling berkesinambungan satu sama lain, sarana dan prasarana yang tersedia disemua objek wisata. Misalnya jika kita ingin mengelilingi tempat yang kita kunjungi itu maka di tempat wisata itu sudah sepantasnya menyediakan alat transportasinya, dan Prasarana merupakan pelayanannya. pelayanan yang diberikan haruslah yang sangat baik dan memuaskan, baik dari segi sarana dan prasarana yang terpenuhi maka para wisatawan akan merasa puas.


2. Berikan analisis anda mengapa pariwisata memerlukan organisasi kepariwisataan?

Apabila tidak dibentuk organisasi kepariwisataan mungkin objek wisata tersebut tidak akan tertata dengan baik. karena dengan dibentuknya suatu organisasi kepariwisataan maka semuanya akan lebih teratur, baik dalam pengorganisir bidang kepariwisataan, jasa biro kepariwisataan (event organizer), maupun tata cara dan ADRT dalam kepariwisataan. maka sudah jelas bahwa kepariwisataan juga dibutuhkan organisasi yg mengatur "ini" dan "itu" dalam berwisata.

Tugas Kepariwisataan #1

Apa yang harus kita siapkan sebelum kita melakukan perjalanan
wisata?

1. Persiapkan diri dari jauh-jauh hari apabila ingin mengambil perjalanan wisata yang cukup lama, seperti menjaga kesehatan yg prima dan siap untuk melakukan perjalanan jauh.

2. Kemudian persiapan dari segi financial (uang yg cukup / lebih untuk berjaga-jaga).

3. Carilah tempat yang ingin kita kunjungi, sebaiknya carilah informasi tentang tempat tersebut sebelum melakukan perjalanan menuju kota / daerah / negara yg hendak dikunjungi.

4. Carilah agen biro perjalanan wisata (Event Organizer) yg mempunyai pengalaman cukup dalam kepariwisataan.

5. Apabila ingin berwisata ke luar negara, wisatawan wajib mempertimbangkan paspor, visa, dll.

6. jika point-point diatas telah terlaksana, siaplah kita berangkat menuju tempat untuk berwisata. jangan lupa selalu menjaga kesehatan dan berdoa sebelum melakukan perjalanan.

Minggu, 08 April 2012

Taman Dari Tanah Liat yang Terinspirasi Dari Sebuah Lukisan

Sebuah taman budaya yang unik yang keseluruhnya terbuat dari tanah liat baru-baru ini terbuka untuk umum, di Kota Tangshan, Cina.

Sejak kaisar pertama berkuasa, bangsa Cina sudah terbilang terbiasa membuat monumen super megah. Dari mulai istana berisi ribuan patung Terakota hingga tembok Cina yang melegenda adalah dua di antaranya.



Kini, mereka telah membuat sebuah taman budaya unik yang seluruhnya terbuat dari tanah liat dan baru-baru ini terbuka untuk umum, di Kota Tangshan.

Taman tersebut menampilkan berbaris-baris rumah, jalanan sibuk penuh dengan toko dan gerobak, pejabat negara, hingga kereta kuda jaman klasik Cina. Ini adalah reproduksi terkenal dari karya Zhang Zerui, "Riverside Scene", yang menggambarkan Festival Qingming.

Tokoh utama di belakang proyek luar biasa ini adalah Qin Shiping, seorang warga lokal distrik Fengrun. Tangshan memang sejak lama dikenal dengan tradisi keramiknya dan Qin adalah salah satu pematung dan pelukis di sana.

Pada 2005 dia mendapat ide ini, yaitu ingin menawarkan pandangan yang unik di Cina. Berhubung dia menggemari lukisan-lukisan Zhang Zherui, Qin kemudian memutuskan untuk menciptakan gambaran yang lebih nyata dari lukisan itu ke dalam karya seni patung-patung tanah liat.

Qin Shiping mulai menuangkan idenya menjadi karya nyata pada 2008. Ketika itu dia menyewa dua pakar patung tanah liat dan 100 pematung dan memulai proyek tersebut. Tiga tahun kemudian, taman patung tanah liat Tangshan telah selesai dan dibuka untuk umum.

Luasnya 300 x 60 meter dengan skala ukuran 2 / 3 dari ukuran asli. Biaya keseluruhan proyek belum dipublikasikan, namun setahun setelah sang pematung profesional itu memulai proyek, yaitu pada 2009, Qin Shiping sempat menyatakan telah menginvestasikan lebih dari 10 juta yuan atau lebih dari 20 miliar rupiah.

 


























Source :
kaskus.us

Indahnya Kastil Kapas di Turki

Ada sebuah tempat wisata menarik di Turki yang disebut kastil kapas (cotton castle), atau dalam bahasa Turki "Pamukkale". Lokasinya di Provinsi Denizli, di lembah Sungai menderes, merupakan situs alam berisi air panas. Bentuknya menarik, berupa teras mineral karbonat.

Kota Yunani-Romawi dan Bizantium kuno Hierapolis dibangun di atas "kastil" putih ini. Panjangnya sekitar 2.700 meter (8.860 kaki), dengan lebar 600 m (1.970 kaki) dan tingginya 160 m (525 kaki)

Pariwisata di tempat ini sudah terkenal sejak ribuan tahun lalu. Banyak orang yang memanfaatkan pemandian di kolam ini. Namun, baru sejak pertengahan abad ke-20, hotel dibangun di atas reruntuhan Heropolis, yang secara tak langsung sebenarnya menyebabkan kerusakan pada Pamukkale.

Untungnya, ketika daerah itu dinyatakan sebagai situs warisan dunia, hotel-hotel yang ada akhirnya dihancurkan dan dijadikan kolam-kolam buatan.

Di Pamukkale juga terdapat museum berisi sejarah artefak dari Hierapolis, artefak dari Laodiceia, Kolose, Tripoli, Attuda dan kota-kota lain dari Lycos (Çürüksu) lembah. Selain itu, koleksi museum juga berisi artefak yang ditemukan di Beycesultan Huyuk yang mencakup beberapa contoh yang paling indah dari Zaman Perunggu.


Bila ada kesempatan jalan-jalan ke Turki, jangan lupa sediakan waktu untuk mengunjungi situs alam yang sangat indah ini, ya.




Source :
listverse.com

Air Terjun Niagara Mini dari Bandung

Indonesia sebenarnya punya niagara mini, sayangnya belum banyak yang tahu. Maklum, tempatnya terpencil dan cukup sulit mencapai lokasi ini.

Nama air terjun 'miniatur' niagara itu dikenal dengan nama Curug Malela. Lokasinya bisa disambangi dari Bandung ke arah barat menuju Kota Kecamatan Gununghalu. Jaraknya sekitar 40 km. 

 foto source: alianmemangalian.devianart

Jika tidak membawa kendaraan pribadi bisa naik kendaraan umum dari Stasiun Ciroyom. Hampir setiap jam ada yang berangkat, cuma hanya sampai sore hari. Tengah malam baru mulai ada lagi karena ingin mengangkut para calon penumpang yang biasa akan menjual hasil bumi dan palawija ke Bandung pada subuh harinya.

Dari Gununghalu kemudian kita mengarah ke Bunijaya. Ada kendaraan umum yang melayani jalur ini (beberapa minibus jurusan Bandung - Gununghalu - Bunijaya). Beberapa petunjuk sudah dipasang sehingga yang baru pertama kali akan terbantu. Namun jika ragu lebih baik bertanya.

Menuju curug yang terletak di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, ini lebih baik menggunakan kendaraan pribadi. Sebab tidak ada kendaraan umum yang sampai curug.

Angkutan umum hanya sampai Rongga dan dari sini harus naik ojek dengan ongkos sekitar Rp 50.000,- melalui jalanan berbatu yang licin kala hujan. Nah, karena jalan berbatu tadi, jika menggunakan kendaraan pribadi disarankan kendaraan dengan ground clearance tinggi seperti SUV.



 foto source: kakigatel.com - 4bpp.blogspot.com
  
Curug atau air terjun ini memang tersembunyi lokasinya. Baru ditemukan sekitar 6 tahun silam, penduduk sekitar kawasan pun banyak yang belum menjamahnya. Akses jalan menuju ke sini belum tergarap dengan rapi. Padahal plang nama sudah dijajakan sejak keluar dari Tol Padalarang menuju jalur alternatif ke Ciwidey via Soreang. Objek wisata Curug Malela terpampang bersama nama daerah lainnya.

Berdasarkan peta topografi, Curug Malela memiliki ketinggian kurang lebih 50 m dan lebar mencapai 70 m. Airnya berasal dari Sungai Ci Curug. Nama ‘malela’ diambil dari Bahasa Kawi yang berarti ‘baja’.

Nah, ada yang punya rencana berwisata ke Curug Malela?

Source :
apakabardunia.com

Pengertian Dasar Mengenai Kepariwisataan

Bagi Anda yang telah mengalami “asam-garam” di bidang kepariwisataan pengertian dasar kepariwisataan bukan lagi merupakan masalah. Namun kami yakin banyak di antara kita yang masih belum faham berbagai istilah kepariwisataan yang acapkali kita jumpai sehari-hari, merupakan hal yang menimbulkan pengertian yang “kisruh”. Lihat saja contoh di bawah ini.
Salah satu istilah yang digunakan secara “resmi” sebagai nama sebuah kementerian, yaitu Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang berwenang menangani “kebudayaan” dan “kepariwisataan“, tidak menggunakan istilah “kepariwisataan” melainkan “pariwisata“, berbeda halnya dengan istilah “kebudayaan” yang digunakannya secara berdampingan.

Sementara itu Undang-undang no. 10/Th 2009 (UU no.10/2009) disebutnya sebagai Undang-undang tentang “Kepariwisataan”. Di samping itu, kita sering mendengar dan membaca adanya istilah “obyek wisata” dan “atraksi wisata“. Oleh karena itu tidaklah heran jika banyak pihak yang mempertanyakan akan perbedaan antara wisata, pariwisata dan kepariwisataan. Atas dasar apa pilihan istilah wisata, pariwisata dan kepariwisataan itu digunakan?
Dengan diundangkannya UU no.10/2009 tentang Kepariwisataan, diharapkan penggunaan istilah-istilah itu dilakukan lebih tertib sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa sehingga tidak lagi menimbulkan pengertian yang membingungkan.

Di dalam BAB I Ketentuan Umum UU no.10/2009 ditetapkan berbagai ketentuan yang terkait dengan kepariwisataan, di antaranya sebagai berikut.
  • WISATA        : adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu;
  • WISATAWAN    : adalah orang yang melakukan wisata;
  • PARIWISATA    : adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah;
  • KEPARIWISATAAN    : adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
Definisi yang ditentukan dalam UU no.10/2009 tersebut merupakan salah satu definisi di antara sekian banyak definisi yang kita kenal selama ini. Definisi ini dimaksudkan sebagai acuan dalam upaya pengembangan kepariwisataan Indonesia. Tidak berlaku universal.

Untuk memperoleh pengertian yang sama mengenai istilah-istilah tersebut, sebaiknya kita tinjau juga dari sudut lainnya yang bersifat universal dan ditujukan untuk memberikan acuan bagi kebutuhan lainnya, antara lain kebutuhan statistik dan / atau pengaturan dan pengelolaan kepariwisataan secara internasional. Tinjauan tersebut dapat dilakukan dari dua segi pengertian, yaitu Pengertian istilah (etimologi) dan Pengertian ilmiah (definisi);
(1). Pengertian Istilah
Kata ‘pariwisata’ telah berhasil dipopulerkan, pada mulanya diperkenalkan oleh Menteri PDPTP (Perhubungan, Pos, Telekomunikasi & Pariwisata), pada waktu itu Let.Jen. Djatikusumo, dalam kesempatan Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, Jawa Timur, pada tahun 1958.
Diperkenalkannya istilah ‘pariwisata’ dimaksudkan sebagai pengganti ‘tourisme’ (Belanda, Perancis) atau ‘tourism’ (Inggris).
Bila diuraikan menurut arti-katanya, maka ‘pariwisata’ yang berasalkan kata ‘pari’ dan ‘wisata’ dari bahasa Sansekerta, akan berarti sebagai berikut:
Pari        = seringkali, berulangkali/berkali-kali; dapat juga berarti ‘umum’ (bandingkan dengan: sidang ‘paripurna’ = sidang umum & lengkap, – umum masalahnya yang dibicarakan dan lengkap anggotanya yang hadir -, bermakna sama dengan “sidang pleno, plenary session/meeting”);
Wisata        = pergi (to go, kata kerja), bepergian (to travel, kata kerja); dapat juga berarti ‘perjalanan’ (travel, kata benda);
Pariwisata    = beberapa perjalanan yang dilakukan secara bersambung/ berantai dari satu tempat ke tempat berikutnya dan diakhiri di tempat keberangkatan (=tour, perjalanan keliling);
Sebagaimana lazim dalam bahasa Indonesia, pembubuhan awalan ‘ke-’ dan akhiran ‘-an’ memberikan arti yang lebih luas kepada asal katanya, seperti ‘seni’ menjadi ‘kesenian’, ‘budaya’ menjadi ‘kebudayaan’. Dalam bahasa Belanda dan Inggris, masing-masing membubuhkan akhiran ‘-isme’ dan      ‘-ism’, seperti ‘hinduism’, ‘budhism’.
Maka atas dasar faham tersebut, ‘tourisme’ atau ‘tourism’ sebetulnya lebih tepat digantikan dengan ‘kepariwisataan’;
Secara ringkas dapatlah tersusun beberapa istilah seperti berikut:
  • Wisata                     = bepergian (to travel); perjalanan (travel);
  • Wisatawan             = orang yang bepergian (traveler);
  • Para Wisatawan   = wisatawan-wisatawan, orang-orang yang bepergian (travelers);
  • Pariwisata              = perjalanan keliling (tour);
  • Kepariwisataan    = hal-hal yang menyangkut, – terkait dengan -, pariwisata (tourism);
  • Pariwisatawan       = orang yang melakukan perjalanan keliling (tourist);
  • Para Pariwisatawan     =    pariwisatawan-pariwisatawan, orang-orang yang melakukan perjalanan keliling (tourists);
Pada prakteknya penggunaan istilah-istilah tersebut seringkali dikacaukan satu dengan lainnya, seperti seringkali kata ‘pariwisata’ digunakan sebagai sinonim dari ‘kepariwisataan’. Demikian pula kata ‘wisatawan’ acapkali digunakan sebagai sinonim dari ‘pariwisatawan’ atau tourist, bahkan tidak jarang digunakan pula sebagai sinonim dari ‘pengunjung’ atau visitor.
(2). Pengertian ilmiah
Yang dimaksud dengan pengertian ilmiah di sini adalah pengertian yang dinyatakan dalam bentuk definisi, yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan “Apa sebenarnya kepariwisataan itu?”
Dari sekian banyak definisi, dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam pengertian ‘kepariwisataan’ terkandung adanya tiga fikiran dasar mengenai:
  • Adanya ‘gerak’, – perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya;
  • Adanya ‘jeda’, – perhentian untuk sementara waktu (bukan untuk menetap), daripada orang-orang yang bergerak tersebut, di satu  atau beberapa tempat yang bukan tempat tinggalnya;
  • Persinggahan dan/atau kunjungan tersebut tidak untuk mencari nafkah.
Dengan bertolak dari tiga fikiran dasar tersebut dapatlah disusun suatu definisi yang dapat mencakup pengertian yang lebih luas dan bersifat flexible, dapat digunakan untuk berbagai maksud, sebagai berikut.
Kepariwisataan adalah gejala-gejala yang menyangkut lalulintas manusia, berikut barang bawaannya, yang melakukan perjalanan untuk tujuan apa pun sepanjang tidak untuk maksud-maksud menetap serta memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya.
Bila kepariwisataan (tourism) adalah gejala-gejala mengenai lalulintas manusia, maka pariwisatawan (tourist) adalah orang-orangnya yang berlalulintas, sehingga dapat dinyatakan bahwa:
Pariwisatawan,    adalah orang yang malakukan perjalanan untuk tujuan apapun sepanjang tujuannya tidak untuk maksud-maksud menetap dan memangku suatu jabatan dengan memperoleh upah dari tempat yang dikunjunginya, paling sedikit tinggal selama 24 jam di tempat ia berkunjung tersebut.
Landasan pemikiran daripada definisi tersebut di atas adalah definisi yang dianjurkan oleh IUOTO (International Union of Official Travel Organizations – yang sekarang bernama WTO, World Tourism Organization) dalam rekomendasinya kepada Komisi Statistik PBB, sebagai hasil konferensi mengenai perjalanan dan pariwisata internasional (The United Nations Conference on International Travel and Tourism) di Roma, 21 Agustus – 5 September 1963.
IUOTO memberikan definisi tersebut dalam hubungannya dengan maksud-maksud statistik, yang digunakan juga oleh Indonesia, sebagai berikut:
Untuk maksud-maksud statistik, dengan istilah “pengunjung” (visitor) dimaksudkan:
“Setiap orang yang berkunjung ke suatu negara selain dari negara di mana ia biasanya bertempat tinggal, untuk tujuan apapun selain untuk maksud memangku jabatan dengan memperoleh upah dari negara yang dikunjunginya”.

Pada hakekatnya, penghitungan pengunjung tidak dilakukan berdasarkan jumlah orang, melainkan jumlah kunjungan (visit).
Dengan demikian seseorang dapat dihitung lebih dari satu kali kunjungan. Misalnya seorang melakukan kunjungan tiga kali dalam setahun, maka pengunjungnya = 1; kunjungan = 3.

Source :
caretourism.wordpress.com

Perencanaan Pengembangan Kepariwisataan

Sebagaimana pengembangan bidang-bidang lainnya, pengembangan kepariwisataan pun memerlukan perencanaan yang seksama. Satu dan lain hal, karena kepariwisataan menyangkut berbagai bidang kehidupan, baik bagi wisatawan maupun bagi masyarakat setempat yang menjadi “tuan rumah”.
Perencanaan kepariwisataan, tidak hanya berkepentingan dengan wisatawan, melainkan juga melibatkan kepentingan masyarakat setempat (local), daerah (regional) maupun nasional pada umumnya di negara yang bersangkutan. Oleh karena itu pengembangan kepariwisataan harus digarap bukan hanya dalam hal penyediaan hotel dan kegiatan promosi semata, melainkan juga segi-segi lainnya yang menjadi “kebutuhan hidup” wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara – layaknya seorang manusia – sebagaimana kebutuhan hidup masyarakat setempat selaku tuan rumah, mulai dari kebutuhan tempat tinggal, makan-minum, mobilitas, udara segar, lingkungan bersih – indah – nyaman, keselamatan perjalanan, keamanan pribadi dan harta bendanya dsb … dsb.
Seorang wisatawan (nusantara maupun mancanegara) selaku seorang tamu – membutuhkan layanan (services) layaknya kita “melayani” seorang tamu di rumah kita.
Demikian komplexnya pengembangan kepariwisataan sehingga perlu melibatkan “semua” pihak pemangku kepentingan (stakeholder), mulai dari kalangan pemerintah – vertikal maupun horizontal (pusat maupun daerah secara lintas sektoral) -, para pelaku usaha pariwisata sampai pada kalangan masyarakat umum, yang secara logika memerlukan koordinasi yang serasi, solid dan konsisten.
Satu hal yang pasti sangat dibutuhkan adalah “kesefahaman” di antara pemangku kepentingan tentang berbagai hal, antara lain :
  • Perlunya pemahaman secara menyeluruh (comprihensive) setiap pihak pemangku kepentingan mengenai seluk beluk kepariwisataan, termasuk dampaknya – baik positif maupun negatif – secara timbal balik antara kepariwisataan dengan bidang / sektor lainnya ;
  • Perlunya perencanaan pengembangan kepariwisataan, secara lokal, regional dan nasional sebagaimana diamanatkan juga oleh Undang-undang No. 10/Th. 2009 Tentang Kepariwisataan; serta
  • Keterkaitan perencanaan pengembangan kepariwisatan pada pembangunan ekonomi, kehidupan sosial-budaya, stabilitas sosial-politik dan keamanan, kelestarian lingkungan, keserasian tataruang dan tataguna lahan (land-use) … dsb, baik setempat, regional, maupun nasional;
Untuk menyusun rencana pengembangan kepariwisataan perlu terlebih dahulu mengenali sistem kepariwisataan itu melalui tiga sub-sistem sebagai berikut:
A. Sisi Penyelenggara (Kelembagaan) atau Organizations, yang terdiri dari:
  1. Pemerintah selaku penentu, pengatur, pembina dan penyelenggara kebijakan umum (public policy) yang memberikan jasa / layanan kebutuhan umum (public services), termasuk layanan keperluan penyelenggaraan pariwisata a.l. pelayanan informasi pariwisata;
  2. Penyelenggara Usaha Pariwisata, yang menyediakan jasa / layanan khusus kebutuhan wisatawan (traveller – orang yang bepergian atau berada dalam perjalanan) – termasuk layanan informasi perjalanan;
  3. Masyarakat pada umumnya, berupa sikap dan perilaku masyarakat, – termasuk para pengusaha barang dan jasa kebutuhan masyarakat secara umum -, dalam menerima dan melayani wisatawan, – termasuk juga layanan informasi umum;
B. Sisi Supply (Penawaran) atau Tourism Resources bisa dibagi ke dalam tiga kelompok besar sbb.:
  1. Kelompok Atraksi, baik yang berupa Atraksi Alam, Budaya maupun Karya Manusia, yang terdiri dari Site Attraction (Obyek Wisata) yang pada dasarnya bersifat statis dan “tangible” dan Event Attraction (Peristiwa Wisata) bersifat dinamis (tidak terikat tempat) dan “intangible“;
  2. Kelompok Aksesibilitas, yang tercermin dalam berbagai fasilitas antara lain angkutan (darat, laut, udara, danau, sungai), izin-izin berkunjung (kebijakan visa, izin masuk daerah yang dilindungi – protected area – seperti suaka alam, suaka margasatwa, suaka budaya, situs sejarah, … dll.)
  3. Kelompok Akomodasi, yang menawarkan tempat berteduh, tempat tinggal, sarana konferensi dan pameran, sarana ibadah, sarana hidangan (restoran, cafe, bar) … dan sejenisnya.
C. Sisi Demand (Permintaan) atau Tourism Markets. Sisi permintaan ini bisa dikelompokkan ke dalam berbagai kategori:
  1. Wisatawan nusantara (wisnus) – yang terbagi lagi menjadi berbagai sub-kategori, kunjungan sehari dalam radius 90km dan dalam radius 90-200km; dalam transit (lewat dalam perjalanan ke tujuan lain); menginap 1-2 malam; menginap lebih dari 2 malam … dst.;
  2. Wisatawan mancanegara (wisman) - sama halnya dengan wisnus, wisman dapat terbagi lagi menjadi sub-kategori;
  3. Di samping lamanya kunjungan dan jauhnya jarak perjalanan, juga dibagi atas dasar lokasi geografi - Negara asal (tempat tinggal) dan Kebangsaannya;
  4. Motivasi (maksud kunjungan) merupakan salah satu indikasi mengenai produk yang diinginkan wisatawan, seperti pesiar dengan motivasi  alam, budaya, kesehatan, kunjungan keluarga, keagamaan; bisnis, konferensi, penelitian, studi (belajar), kunjungan resmi (kenegaraan), … dsb.;
  5. Kelompok demografis, – laki-laki, perempuan, kelompok usia, kelompok pekerjaan / profesi, kelompok penghasilan … dsb.
  6. Kelompok Psychografis – gaya hidup, yang a.l. merinci status dalam masyarakat, pandangan hidup, selera … dsb.;
Dengan mengenali hal itu semua, perencanaan dapat dilakukan secara terarah pada hal-hal yang sifatnya berorientasi pada pasar. Pengembangan kepariwisataan pun menjadi upaya yang efektif dan produktif.
Mengacu pada Kriteria Penilaian Index Dayasaing Pariwisata yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) perencanaan kepariwisataan dapat juga dilakukan, terutama dalam mengidentifikasi kelemahan yang ada agar dapat diperbaiki dan ditingkatkan kondisinya sehingga meningkatkan dayasaing destinasi yang bersangkutan.

Source :
caretourism.wordpress.com

Mengembangkan Industri Pariwisata

MENGEMBANGKAN INDUSTRI PARIWISATA
DALAM MENDUKUNG VISIT INDONESIA YEARS 2009 - 2014
UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEREKONOMIAN NASIONAL
DAN MEMANTAPKAN DAYA SAING BANGSA 1)

Sesungguhnya industri pariwisata ini merupakan suatu industri yang biasanya dihubungkan secara langsung dengan pembangunan ekonomi. Industri ini memiliki hubungan multi dimensi yang tidak hanya terkait erat dengan bidang ekonomi saja, tetapi hampir setiap bidang pembangunan nasional bersentuhan dan erat kaitannya dengan industri pariwisata ini. Lebih-lebih hadirnya industri jasa ini merupakan manifestasi kehadiran aktifitas manusia seperti juga industri-industri dalam bidang-bidang pembangunan yang lainnya. Mengingat begitu eratnya dengan berbagai bidang lain dalam proses pembangunan nasional maka aktifitas kepariwisataan bisa dikembangkan secara optimal. Sehingga pengembangan merupakan suatu proses pelaksanaan program yang terus meningkat ke arah puncak capaian sesuai dengan tujuan yang telah dicanangkan. Jika kita sedikit menengok pada Pembukaan UUD 1945 maka ada amanah yang kiranya dapat dijadikan capaian tujuan itu, yakni terwujudnya kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut mewujudkan perdamain dunia. Kata-kata kunci dari Pembukaan UUD 1945 tersebut penting dikemukakan agar industri pariwisata ini, terutama program-program kegiatannya, tidak keluar dari cita-cita mendirikan negara ini. Karena itu cukup relevan apa yang menjadi topik pembicaraan pariwisata kali ini, yakni bagaimana pengembangan industri pariwisata dalam mendukung Visit Indonesia Year 2009 – 2014 untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional dan memantapkan daya saing bangsa. Sebagai bangsa yang bermartabat maka sudah barang tentu harus

mempunyai pergaulan sesama bangsa-bangsa lain di dunia, bukan hanya sejajar tetapi juga tingkatan martabatnya, harus relatif lebih unggul di banding bangsa-bangsa lain dengan tentu ditunjukkan oleh keunggulan khazanah budaya dan sejarah bangsanya sendiri. Semua ini tentunya akan dapat menjadi unsur utama dalam penyelenggaraan Visit Indonesia Year 2009 – 2014.

Karena memang terjalinnya pergaulan atau komunikasi antar bangsa-bangsa tersebut di antaranya diwujudkan melalui pintu kegiatan pariwisata yakni visit year itu. Melalui visit year ini bangsa-bangsa lain dapat melihat, menyaksikan, menikmati dan mengambil pelajaran juga hikmah tentang sejarah dan perjalanan perkembangan kebudayaan masyarakat bangsa Indonesia. Pariwisata dalam hal ini menjadi pintu bagi pencerahan pengetahuan umat manusia dengan memperoleh berbagai kekayaan pengalamannya dan dari situ lahir berbagai inspirasi untuk kemudian memacu peradaban umat manusia yang lebih luhur dan mulia. Indonesia kiranya mampu berbicara dalam konteks ini. Sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dunia internasional mengingat khazanah kebudayaan kita yang relatif sangat kaya begitu pula keindahan alamnya yang sangat menarik.
Untuk semua itu kita harus membangun cara pandang baru tentang pariwisata sebagai unsur utama perekonomian nasional, apalagi bila kita ingin mengembangkan industri pariwisata sebagai alat dukung bagi meningkatkan harkat dan martabat negara bangsa di tengah pergaulan dunia internasional yang memiliki daya saing. Ada beberapa langkah strategis yang kiranya dapat dijadikan pertimbangan dalam membangun cara pandang ke arah itu. Dalam hal ini industri pariwisata dapat dipandang sebagai penentu :
Pertama, meningkatnya kesejahteraan masyarakat bangsa. Kedua, terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia. Ketiga, terjaganya dan terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat, terjalinnya hubungan antar bangsa-bangsa di dunia secara damai, harmonis dan berperadaban. Kelima, terbinanya kreatifitas masyarakat bangsa dalam berbagai segi kehidupan. Keenam, terbangunnya keseimbangan hidup masyarakat bangsa dengan keberlangsungan kehidupannya. Ketujuh, terbangkitkannya spiritualitas masyarakat bangsa. Kedelapan, terjalinnya kebersamaan dan kepedulian untuk percepatan optimalisasi sektor pariwisata.

1. Untuk meningkatnya kesejahteraan masyarakat bangsa, maka peran pariwisata antara lain :
- Terbukanya lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
- Terkuranginya kemiskinan dan pengangguran.
- Terciptanya keahlian spesialisasi di bidang pariwisata dengan standar kompetensi internasional.
- Meningkatnya pendapatan masyarakat.
- Meningkatnya pendapatan daerah.
- Meningkatnya devisa negara.

2. Untuk terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia, peran pariwisata antara lain :
- Berkembangnya kebudayaan daerah sehingga dapat menumbuhkan kearifan lokal.
- Berkembangnya kebudayaan nasional sehingga dapat memperkaya peradaban umat manusia di dunia.
- Terpeliharanya khazanah sejarah dan budaya sehingga masyarakat bangsa sadar terhadap perjuangan dan tanggung jawab masa depannya.

3. Untuk terjaganya dan terpeliharanya keutuhan NKRI, peran pariwisata antara lain :
- Terpeliharanya keasrian tanah air tercinta karena dipandang sebagai bagian dari halaman rumah kita.
- Terbangunnya dan terlaksananya kegiatan-kegiatan pariwisata di pulau-pulau terdepan/terluar sehingga menjadi unsur pertahanan teritorial yang strategis.
- Terpeliharanya keindahan alam dan keberlanjutannya lingkungan hidup sehingga kepastian batas wilayah negara terawasi setiap saat.

4. Untuk terjalinnya hubungan antar bangsa-bangsa di dunia secara damai, harmonis dan berperadaban, maka peran pariwisata antara lain :
- Terlaksananya proses akulturasi secara damai dengan tidak memupus jati diri bangsanya masing-masing.
- Terjalinnya studi komparatif dari setiap keunggulan budaya bangsa-bangsa.
- Saling menghargai atas keunggulan khazanah sejarah dan budaya sehingga bersepakat menempatkannya sebagai puncak peradaban manusia.

5. Untuk terbinanya kreatifitas masyarakat bangsa dalam berbagai segi kehidupan, maka peran pariwisata antara lain :
- Berkembangnya sanggar-sanggar seni budaya.
- Bermunculannya pusat-pusat kerajinan tangan.
- Berkembangnya dapur-dapur kreatif yang membuat aneka jenis makanan daerah dan tradisional.
- Terciptanya suasana yang kondusif bagi kreatifitas kaum muda yang kreatif.
- Terbinanya berbagai keahlian yang menopang langsung terhadap perkembangan pariwisata.

6. Untuk terbangunnya keseimbangan hidup masyarakat bangsa dengan keberlangsungan kehidupannya, maka peran pariwisata antara lain :
- Terjaganya dan terpeliharanya hutan dengan segala habitatnya.
- Terbinanya alam kehidupan pedesaan.
- Terpeliharanya tatanan kota tua.
- Terjaganya lingkungan udara segar dengan penghijauan perkotaan.
- Terbangunnya sikap hidup budaya bersih.
- Terefleksikannya sikap hidup yang ramah, bersahabat dan suka menolong.

7. Untuk terbangkitkannya spiritualitas masyarakat bangsa, maka peran pariwisata antara lain :
- Terbangunnya cara pandang bahwa pariwisata merupakan jendela mensyukuri nikmat Tuhan.
- Pusat-pusat keagamaan dapat menjadi obyek kunjung yang memiliki daya tarik.
- Upacara-upacara keagamaan sebagai atraktif yang dapat mengundang pesona.

8. Terjalinnya kebersamaan dan kepedulian
- Agar ketujuh hal di atas dapat terealisasikan secara optimal maka perlu adanya kebersamaan antara pemangku kepentingan pariwisata yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
- Jika pemangku kepentingan ini memiliki kepedulian yang tinggi maka persoalan promosi, aksesibilitas, transportasi, akomodasi, keamanan juga pengembangan produk mendapat penyelesaian secara seksama.
- Untuk memelihara kebersamaan dan kepedulian tersebut maka institusi, regulasi, kemampuan manusia yang menangani industri pariwisata ini sedapat mungkin memenuhi yang diharapkan.

Demikianlah beberapa langkah untuk membangun cara pandang dan cara menyikapi dunia pariwisata sebagai salah satu industri jasa yang strategis bagi mewujudkan cita-cita masyarakat bangsa Indonesia.

Oleh : Ahmad Zacky Siradj 2)

Jakarta, 2 Juli 2009
1) Makalah disampaikan pada Forum Group Discussion (FGD) Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia. Kamis, 2 Juli 2009.
2) Sekretaris Jenderal Badan Pimpinan Nasional Masyarakat Pariwisata Indonesia (BPN MPI)

Source :
bpnmpi-artikelkepulauanseribu.blogspot.com

Mengembangkan Industri Pariwisata dalam Mendukung Visit Indonesia Years 2009 – 2014 untuk Meningkatkan Kinerja Perekonomian Nasional dan Memantapkan Daya Saing Bangsa

Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai buah dari usaha ekonomi nasional yang mandiri maka mengembangkan industri pariwisata merupakan suatu keniscayaan. Pengembangan industri ini sangat dimungkinkan mengingat begitu kayanya alam Indonesia dengan begitu banyaknya ragam pesonanya. Mulai dari keindahan alam, khazanah peninggalan sejarah, keunikan adat budaya berbagai suku bangsa dan aneka atraksi festival dan pagelaran budayanya.

Semua daya pesona itu tentu tidak dapat begitu saja memberi nilai tambah bila kemudian tidak diiringi dengan ikhtiar menggugah minat pasar untuk mengunjungi serta menikmati terhadap berbagai obyek wisata yang ada.

Di antara usaha untuk menarik minat pasar itu adalah adanya inisiatif dari industri pariwisata secara periodik berkelanjutan untuk mengadakan Visit Indonesia Years (Tahun Kunjungan Wisata) yang dikenalkan dan dipromosikan ke berbagai Negara bangsa di dunia.

Memang ada persyaratan untuk bisa menyelenggarakan atau terselenggaranya Visit Indonesia Years ini, diantaranya adalah meningkatkan jalinan hubungan untuk memperkuat komitmen bersama sebagai pemangku kepentingan dari industri pariwisata yaitu dari kalangan pemerintah, swasta dan masyarakat.

Kebersamaan ketiga unsur ini dalam pengembangan industri pariwisata memiliki posisi yang sangat menentukan karena keterkaitannya secara langsung terlibat dalam berbagai aktifitas kepariwisataan. Mengingat bahwa lahirnya sebuah kebijakan pemerintah kemudian diiringi dengan ikhtiar melakukan pelayanan yang professional dari pihak swasta serta hadirnya dukungan berupa partisipasi kreatif dari masyarakat maka dengan sendirinya akan terakselerasi gerakan kepariwisataan nasional.

Persyaratan berikut adalah bergeraknya kinerja ekonomi secara lebih sinergis dalam memajukan industri pariwisata seperti misalnya peranan departemen-departemen baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak langsung misalnya Departemen Perhubungan khususnya dalam mengeluarkan berbagai kebijakan yang erat hubungannya dengan penerbangan, begitu juga Departemen Pekerjaan Umum dalam membangun, memelihara berbagai sarana prasarana seperti jalan dan sarana umum lainnya. Demikian pula dengan departemen-departemen lainnya, baik Depatemen Perdaganan, Departemen Koperasi dan Usaha Menengah dan Kecil terutama dalam menyediakan berbagai barang dagangan dan berbagai barang-barang kerajinan. Kendati memang instansi departemen-departemen yang berada di pusat tidak langsung menyentuh para konsumen, akan tetapi koordinasinya dengan berbagai jajaran aparat di bawahnya seperti dalam kebijakan tentang adanya sentra-sentra perdagangan itu sangat berpengaruh pada tata ruang perkotaan, seperti pengembangan pasar swalayan dan pembenahan pasar lingkungan, dalam kaitannya dengan jalur lalu lintas dan keindahan kota.

Kedua hal persyaratan baik kerjasama pemangku kepentingan dan kinerja di bidang ekonomi tadi tidaklah cukup untuk mengembangkan industri pariwisata yang dapat mendukung Visit Indonesia Years karena dalam dunia yang penuh kompetitif dibutuhkan keunggulan komparatif agar memiliki daya saing.

Untuk membangun daya saing ini diantaranya yang harus dikembangkan adalah bagaimana agar obyek-obyek wisata yang ada atau yang akan dikembangkan terjamin keamanannya, terpelihara kebersihannya serta sangat peduli terhadap lingkungan hidup seperti bagaimana gerakan penghijauan perkotaan dengan dialokasikannya hutan-hutan perkotaan dan taman-taman rekreasi yang sekaligus dapat menjaga kesegaran dan kenyamanan perkotaan.

Lebih-lebih tentunya pelestarian lingkungan hidup pada obyek-obyek wisata termasuk menjaga hutan lindung dan reboisasi hutan-hutan yang telah gundul. Bukankah suatu negara bisa dikatakan unggul dari negra lain bila ia (tanah airnya) bisa memelihara hutannya dengan terus menerus melakukan penghijauan, yang tidak sebatas halaman rumahnya saja maka masyarakat dunia akan menjadikannya negara tersebut sebagai paru-paru yang dapat berfungsi agar dunia bisa bernafas lega sehingga terjamin pula adanya udara yang segar dengan kehidupan manusia yang penuh dengan suasana alam yang nyaman dan menyenangkan. Selain tentunya sebagi upaya menangani pemanasan global yang telah banyak dirasakan berbagai negara dengan perubahan musim yang tidak menentu dan ekstrim.

Di samping itu hal yang perlu pula diwaspadai yang bukan hanya keterlibatan atau diserahkan sepenuhnya kepada Departemen Kesehatan untuk menanganinya, karena ini juga terkait dengan kebijakan negara- negara lain yaitu dalam hal ini adalah berbagai penyakit yang begitu aktif dan cepat menular skaligus cepat mematikan. Tetapi harus menjadi kebijakan nasional dari Kepala Negara, bagaiana mencegahnya agar masyarakat negeri ini tidak rentan terhadap berbagai macam virus yang ditemukan akhir-akhir ini.

Jadi kalau demikian maka tidak hanya sekedar mengefektifkan kinerja dibidang ekonomi saja bila menghendaki adanya lompatan kesuksesan bagi industri pariwisata, tetapi juga harus melibatkan kerja dari unsur-unsur keamanan negara, termasuk dalam hal ini unsur intelejen. Sebab tidak bisa dianggap ringan tentang adanya gerakan terorisme, apakah itu atas dasar agama atau atas dasar ketidak adilan tatanan dunia. Apalagi bila kemudian negeri ini menjadi sasaran kapitalisme. Sehingga disadari ataupun tidak, negeri ini sudah menjadi arena pertempuran bagi kapitalisme dan terorisme. Sebab masih segar dalam ingatan kita bagaimana bom yang meledak pada sebuah hotel yang cukup luar biasa memprihatikannya bagi kemanusiaan. Kejadian ini bukanlah tanggung jawab dari jajaran perhotelan, tetapi sesungguhnya jajaran keamanan negara. Jadi industri pariwisata membutuhkan sinerji penguatan-penguatan dengan berbagai sektor pemerintahan yang terkait, termasuk dalam hal ini berbagai unsur keamanan.

Membangun daya saing bangsa ditengah bangsa-bangsa lain yang telah lebih dulu unggul maka jalan yang harus ditempuh adalah bagaimana mematakan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa ini, sekaligus memilah sektor mana yang kiranya dapat menjadi pendongkrak keunggulan bangsa ini, sehingga punya posisi tawar, bisa sejajar, bahkan bila mungkin lebih selangkah dari bangsa lain. Tentu bagi orang pariwisata sektor itu adalah pariwisata, karena mampu menjalin kedekatan bahkan meningkatkan kinerja di bidang ekonomi juga bidang-bidang lain yang strategis, sehingga apa yang menjadi cita-cita kemerdekaan hidup yang aman, damai, adil dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terdekati adanya. Di sini pariwisata dapat dijadikan media untuk menempatkan rakyat sebagai manusia yang memiliki harkat dan bermartabat. Semoga !


Jakarta, 6 Agustus 2009

Drs. Ahmad Zacky Siradj
Sekretaris Jenderal Badan Pimpinan Nasional Masyarakat Pariwisata Indonesia (BPN MPI)

Source :
bpnmpi-artikelkepulauanseribu.blogspot.com

Peran Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata*

Masyarakat merupakan salah satu pilar utama dalam pengembangan pariwisata, karena pada dasarnya pilar pariwisata itu terdiri dari pertama pemerintah, kedua swasta dan ketiga masyarakat, yang sering disebut tiga pilar utama pariwisata. Misalnya, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pengembangan pariwisata yang diiringi dengan regulasinya tentunya. Kemudian pihak swasta yang secara professional menyediakan jasa pelayanan bagi pengembangan pariwisata tersebut, maka tugas masyarakat adalah selain senantiasa membangkitkan kesadaran tentang pentingnya pariwisata juga menumbuh-kembangkan kreatifitas yang melahirkan berbagai kreasi segar yang mengundang perhatian untuk kemudian menjadi daya pikat pariwisata.

Mengenai pengembangan atau menumbuhkan kesadaran pariwisata di kalangan masyarakat ini bukanlah hal yang mudah. Walaupun secara sosiologis keberadaan masyarakat Indonesia sesungguhnya sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata, baik dengan kekayaan adat istiadatnya, kreasi seni dalam berbagai segi kehidupannya juga khazanah lingkungan dan sejarahnya yang relative cukup kaya dan menjadi kebanggaan dunia.

Ketidak mudahan menumbuh-kembangkan kreasi itu diantaranya terletak pada :
Pertama, masih ada stigma pandangan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi kehidupan yang kurang baik atau akan berpengaruh buruk pada proses pembentukkan moral masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahwa melalui pariwisata terjadi proses akulturasi budaya yang sesungguhnya juga di balik itu semua banyak memberikan nilai tambah.

Kedua, masih adanya sikap yang berlebihan terhadap turis terutama wisman (wisatawan manca negara), baik dari sisi keamanan maupun dari sisi kesehatan. Sehingga kewaspadaan yang berlebihan dapat saja berakibat kurang kondusifnya bagi para turis tatkala mereka mengunjungi suatu obyek wisata.

Ketiga, belum tumbuhnya sikap masyarakat untuk melindungi dan memberikan pelayanan kepada para turis minimal dengan mengucapkan selamat dan memberi senyuman sehingga masih terjadi insiden-insiden ketidak amanan di berbagai daerah yang menjadi obyek wisata.

Keempat, belum terbentuknya sikap dan cara pandang bahwa pariwisata, seperti banyak terbukti di berbagai Negara, menjanjikan pula bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

Keempat hal tersebut sesungguhnya dapat terkurangi, bila tidak hilang sama sekali, dengan adanya proses sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat, misalnya dengan ditunjukkannya komitmen yang kuat dari pemerintah untuk secara sungguh-sungguh membangun pariwisata maka dengan sendirinya akan secara spontanitas muncul pula partisipasi masyarakat. Dari sini dengan sendirinya akan lahir dan berkembang kreasi kepariwisataan sebagai bentuk partisipasi masyarakat, yang sekaligus juga sebagai bentuk komitmennya. Apalagi jika kemudian pada masyarakat tersebut telah terbangun suatu pandangan bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat mendatangkan devisa negara, meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat. Sehingga pariwisata dapat dilihat sebagai sektor yang sanggup mewujudkan kesejahtaraan masyarakat.

Untuk melangkah kearah itu masyarakat dapat memulainya dari rumah dan halamannya. Bagaimana rumah itu ditata secara rapi baik mulai dari ruang tamu maupun semua bagiannya siap menyambut dan menerima tamu yang datang agar merasa enak dan betah. Begitu pula halaman rumahnya dibikin demikian asri sehingga enak dipandang. Ilustrasi rumah dan halaman ini adalah negeri kita tercinta, masyarakat bangsa adalah tuan rumahnya. Memang ada beberapa daerah yang sudah siap untuk melakukan hal ini, tapi sebagian besar masyarakat harus terus dibina dan dikembangkan. Tentu agar tamu itu (baca wisman atau wisnus) dapat tinggal lebih lama dan betah maka perlu disuguhi aneka makanan yang enak dan khas, begitu pula agar menyenangkan kiranya perlu ditampilkan hiburan yang unik tetapi menyenangkan, begitu pula agar tinggal lebih lama perlu melihat berbagai koleksi khazanah yang ada. Hal-hal tersebut itu tentu saja yang dalam batas tertentu mungkin berbeda dengan di negerinya para wisatawan itu sendiri.

Untuk itu semua jelas ditentukan oleh adanya daya cipta dan kreasi masyarakat yang bukan hanya dapat memelihara yang ada, tetapi juga dapat menciptakan berbagai kreasi baru sehingga berbagai jenis wisata mulai dari wisata budaya, belanja, alam, olah raga, riset dan lain sebagainya, dapat berkembang secara variatif dan terus berkelanjutan. Kesemuanya ini terletak dari bagaimana peran masyarakat dalam memajukan pariwisata. Sebab jika masyarakatnya pasif apalagi tidak punya kreatifitas maka kegiatan pariwisata akan sunyi senyap. Itu sebabnya peran masyarakat dalam memajukan pariwisata nasional bukan hanya penting tetapi juga strategis.


Jakarta, 11 Juni 2009
Oleh : Drs. Ahmad Zacky Siradj**

*) Disampaikan pada acara Rapat Fasilitasi Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Kepentingan Umum Ditjen Pemerintahan Umum Depdagri
**) Sekretaris Jenderal Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI)